Happy Mom’s Day!
Cuaca siang itu cukup terik. Sepulang sekolah
Rani bergegas mencuci pakaiannya yang menumpuk karena beberapa hari cuaca
memang tidak mendukung untuk mencuci. Walaupun Rani termasuk anak orang kaya,
tetapi ia tetap berusaha mandiri. Ia tetap sederhana dan tidak sombong. Tetapi dari
tadi ia tak melihat seorang penyemangat hidupnya sekaligus penginspirasi
hidupnya. Dalam benaknya terpikir hal-hal negatif. Ia takut kalau-kalau sang mama
pergi ke warung dan kepergok orang jahat atau dihipnotis orang di jalanan,
karena sang bunda memang terlalu mudah untuk dibohongi, apalagi sang ayah telah
meninggal tiga tahun yang lalu, jadi pengawasan terhadap sang bunda sedikit
berkurang. Rani sangat panik. Ia bergegas mencari ke warung sekitar rumahnya. Namun
tak berhasil ditemukannya. Ia kembali ke rumah. Ternyata ibunya sudah berada di
rumah. “Mama...”Rani memeluknya. Mama dari mana tadi Rani mencari sampai ke warung
Bang Toha. Rani khawatir sama Mama.” “Oo..tadi Mama pergi nyekar ke makam Almarhum Ayahmu.”jawab Bu Rosa. “Kok Rani tidak
diajak sih Ma, Rani kan ingin ke makam ayah juga?”(Rani cemberut). “Iya maaf,
Nak. Lain kali pasti Mama ajak kamu, soalnya tadi sekalian ke rumah nenekmu.”
“Iya deh, Ma. Janji lho?” “ Iya, janji.”
Sang mentari telah terbit menyambut datangnya
hari esok. Rani terbangun dan segera
melakukan aktivitas seperti biasa sebelum pergi ke sekolah. Setidaknya ia bisa
meringankan beban mamanya. “Ma, Rani berangkat dulu,ya.”Rani mencium tangan
sang mama. “Iya, Nak.Hati-hati jalanan ramai, patuhi lalu lintas, karena
akhir-akhir ini banyak operasi zebra.” “Baik, Ma.” Rani segera mengayuh
sepedanya menuju SMP yang berjarak kira-kira 5 km dari rumahnya.
Sesampainya di sekolah, Rani segera menemui
ketiga sahabatnya, yaitu Tasya, Mila, dan Maya. Ketiga sahabat Rani mengajaknya
ke papan pengumuman. “Ayo buruan ke tempat papan pengumuman! Katanya ada
pengumuman baru.”ajak Tasya. “Oke.”mereka kompak menjawab. “Nah, ini lho
pengumumannya, kegiatan-kegiatan untuk
menyambut Hari Ibu.”Tasya mencoba membuktikan. “Ada lomba baca puisi, menyanyi,
dan pidato. Semuanya tentang Ibu dan dipersembahkan untuk Ibu kita.”Jelas Mila.
“Oo..begitu, jadi ibu kita diajak ke sekolah, ya?”tanya Rani.”Iya, betul Ran.
Jadi gini lho, besok hari Senin, 22 Desember 2014 Ibu kita akan diundang oleh
pihak sekolah untuk menyaksikan penampilan-penampilan anaknya masing-masing.
Jadi, setiap siswa kelas IX wajib
menampilkan.”jelas Maya. “Oo..gitu ya teman-teman. Terimakasih sudah
menjelaskan acara kegiatan Hari Ibu besok, kalian memang sahabat baikku."ucap
Rani. “Sama-sama, Ran.”mereka menjawab dengan kompak. “Ayo ambil undangan sekarang!”ajak Mila. Mereka bersama-sama
mengambil undangan di ruang guru. Setelah
itu mereka pulang, karena saat itu hanya remidian saja. Apalagi keempat
siswa itu termasuk anak yang pandai, jadi tak heran jika mereka tidak ada yang
remidi. Terutama Rani siswa berprestasi di kelasnya.
Di rumah, Rani memberikan undangan dari
sekolah tadi kepada Mamanya. “Ma, ini ada undangan dari sekolah untuk Mama.” “Iya,
Ran Mama baca.” “Mama besok datang ya ke acara itu.” “Iya, Rani. Mama pasti
datang.” Terimakasih, Ma.” “Iya, sama-sama, Nak.”
Rani benar-benar memanfaatkan waktu satu
minggu untuk mempersiapkan lomba dalam rangka memperingati Hari Ibu. Dia
memutuskan untuk memilih lomba baca puisi, karena menurut ketiga sahabatnya,
Rani pandai membaca puisi. Dia mulai berkarya membuat naskah puisi. Sampai
akhirnya ia menemukan naskah terbaiknya berjudul ‘My Mom Is Everything’.
Kemudian ia mencoba membaca puisi berdurasi 7 menit itu. Rani mengulang-ulangnya
sampai lancar dilengkapi dengan gestur. Tidak hanya itu, Rani memperagakan di
depan kaca. Mamanya tidak boleh melihat latihannya. Jadi, ia latihan diam-diam. Karena Rani ingin
memberikan kejutan kepada sang mama.
Tibalah saat yang ditunggu-tunggu, saat dimana
seluruh anak-anak mengucapkan ungkapan terimakasihnya kepada IBU. Termasuk Rani
dan teman-temannya. Rani berangkat ke sekolah lebih awal dari biasanya, tanpa
meninggalkan tugas rumahnya. Saat itu, Rani
memang sengaja tidak menyelamati sang mama. Mungkin ia akan membuat
kejutan di acara lomba nanti. “Mama???Rani berangkat ke sekolah dulu ya..nanti
Mama jangan lupa datang di sekolah jam 9. Assalamu’alaikum.” ”Iya, Nak. Wa’alaikumsalam.”Sebenarnya
Bu Rosa heran, mengapa anaknya terburu-buru ke sekolah. Tidak seperti biasanya.
Sesampainya di sekolah, ia segera menemui
ketiga sahabatnya. Mereka ber-empat tampak sangat antusias mengikuti kegiatan lomba
Hari Ibu, karena mereka telah mempersiapkan jauh hari. Kemudian Tasya sahabat
Rani mengajak latihan sebelum melangsungkan lomba. Ketiga temannya pun
menyetujui. Mereka mengakhiri latihannya ketika para wali murid berdatangan ke
sekolah.
Setelah kepala sekolah memberikan sambutan
singkat, lomba dimulai. Untuk peserta lomba yang pertama adalah Tasya. Tasya
memilih lomba pidato. Tasya mendapat tepuk tangan meriah dari para wali murid,
guru, serta siswa-siswi. Kini Rani mendapat giliran lomba, sekaligus sebagai
peserta terakhir dan penutup kegiatan lomba. Rani bergegas maju ke panggung
aula dan menunjukkan kebolehannya membaca puisi karyanya sendiri. Sampai-sampai
tempat sebesar aula itu tak terdengar satupun suara. Tampaknya penonton
penasaran dengan perform Rani, termasuk Bu Rosa. Rani segera membacakan
puisinya yang berjudul ‘My Mom Is Everything’. Di dalam puisi itu, isinya
adalah bahwa seorang IBU telah berjuang keras dari awal IBU mengandung, kita
dilahirkan, dirawat, dan dibesarkan sampai tumbuh dewasa seperti saat ini. IBU tidak
pernah lelah untuk selalu peduli dengan anaknya. Tetapi IBU bisa lelah dengan
pekerjaannya. IBU tidak akan berhenti menyayangi anaknya sekalipun anaknya
membencinya. Di akhir baris puisinya, Rani membacanya dengan suara lantang dan
lembut : “IBU. Satu kata namun berjuta rasa dan kasih sayang. IBU kasih
sayangmu sepanjang masa. HAPPY MOM’S DAY, YOU’RE MY EVERYTHING .” Tepuk tangan
serempak mewarnai keharuan puisi yang dibacakan Rani. Bu Rosa sangat terharu
dan meneteskan air mata mendengarkan puisi anaknya. Kejuaraan langsung
diumumkan oleh juri lomba. Akhirnya Rani memperoleh juara pertama.
Perjuangannya tidak sia-sia karena dilandasi dengan niat, keikhlasan, dan
ketulusan. Karena itu semua dipersembahkan untuk mamanya, sebagai wujud cinta
Rani kepada sang mama. Baginya mama adalah penginspirasi dan penyemangat dalam
hidupnya, baik suka maupun duka. Mama akan selalu mendampingi kita, karena mama
adalah orang yang paling baik dan paling hebat di dunia. Perjuangan mama memang
luar biasa.
#SELESAI#
Tidak ada komentar:
Posting Komentar