Sabtu, 24 Januari 2015

Cerpen > written by MF



Happy Mom’s Day!


Cuaca siang itu cukup terik. Sepulang sekolah Rani bergegas mencuci pakaiannya yang menumpuk karena beberapa hari cuaca memang tidak mendukung untuk mencuci. Walaupun Rani termasuk anak orang kaya, tetapi ia tetap berusaha mandiri. Ia tetap sederhana dan tidak sombong. Tetapi dari tadi ia tak melihat seorang penyemangat hidupnya sekaligus penginspirasi hidupnya. Dalam benaknya terpikir hal-hal negatif. Ia takut kalau-kalau sang mama pergi ke warung dan kepergok orang jahat atau dihipnotis orang di jalanan, karena sang bunda memang terlalu mudah untuk dibohongi, apalagi sang ayah telah meninggal tiga tahun yang lalu, jadi pengawasan terhadap sang bunda sedikit berkurang. Rani sangat panik. Ia bergegas mencari ke warung sekitar rumahnya. Namun tak berhasil ditemukannya. Ia kembali ke rumah. Ternyata ibunya sudah berada di rumah. “Mama...”Rani memeluknya. Mama  dari mana tadi Rani mencari sampai ke warung Bang Toha. Rani khawatir sama Mama.” “Oo..tadi Mama pergi nyekar ke makam Almarhum Ayahmu.”jawab Bu Rosa. “Kok Rani tidak diajak sih Ma, Rani kan ingin ke makam ayah juga?”(Rani cemberut). “Iya maaf, Nak. Lain kali pasti Mama ajak kamu, soalnya tadi sekalian ke rumah nenekmu.” “Iya deh, Ma. Janji  lho?” “ Iya, janji.”

Sang mentari telah terbit menyambut datangnya hari esok. Rani  terbangun dan segera melakukan aktivitas seperti biasa sebelum pergi ke sekolah. Setidaknya ia bisa meringankan beban mamanya. “Ma, Rani berangkat dulu,ya.”Rani mencium tangan sang mama. “Iya, Nak.Hati-hati jalanan ramai, patuhi lalu lintas, karena akhir-akhir ini banyak operasi zebra.” “Baik, Ma.” Rani segera mengayuh sepedanya menuju SMP yang berjarak kira-kira 5 km dari rumahnya.

Sesampainya di sekolah, Rani segera menemui ketiga sahabatnya, yaitu Tasya, Mila, dan Maya. Ketiga sahabat Rani mengajaknya ke papan pengumuman. “Ayo buruan ke tempat papan pengumuman! Katanya ada pengumuman baru.”ajak Tasya. “Oke.”mereka kompak menjawab. “Nah, ini lho pengumumannya, kegiatan-kegiatan  untuk menyambut Hari Ibu.”Tasya mencoba membuktikan. “Ada lomba baca puisi, menyanyi, dan pidato. Semuanya tentang Ibu dan dipersembahkan untuk Ibu kita.”Jelas Mila. “Oo..begitu, jadi ibu kita diajak ke sekolah, ya?”tanya Rani.”Iya, betul Ran. Jadi gini lho, besok hari Senin, 22 Desember 2014 Ibu kita akan diundang oleh pihak sekolah untuk menyaksikan penampilan-penampilan anaknya masing-masing. Jadi, setiap siswa kelas IX  wajib menampilkan.”jelas Maya. “Oo..gitu ya teman-teman. Terimakasih sudah menjelaskan acara kegiatan Hari Ibu besok, kalian memang sahabat baikku."ucap Rani. “Sama-sama, Ran.”mereka menjawab dengan kompak. “Ayo ambil  undangan sekarang!”ajak Mila. Mereka bersama-sama mengambil undangan di ruang guru. Setelah  itu mereka pulang, karena saat itu hanya remidian saja. Apalagi keempat siswa itu termasuk anak yang pandai, jadi tak heran jika mereka tidak ada yang remidi. Terutama Rani siswa berprestasi di kelasnya.

Di rumah, Rani memberikan undangan dari sekolah tadi kepada Mamanya. “Ma, ini ada undangan dari sekolah untuk Mama.” “Iya, Ran Mama baca.” “Mama besok datang ya ke acara itu.” “Iya, Rani. Mama pasti datang.” Terimakasih, Ma.” “Iya, sama-sama, Nak.”

Rani benar-benar memanfaatkan waktu satu minggu untuk mempersiapkan lomba dalam rangka memperingati Hari Ibu. Dia memutuskan untuk memilih lomba baca puisi, karena menurut ketiga sahabatnya, Rani pandai membaca puisi. Dia mulai berkarya membuat naskah puisi. Sampai akhirnya ia menemukan naskah terbaiknya berjudul ‘My Mom Is Everything’. Kemudian ia mencoba membaca puisi berdurasi 7 menit itu. Rani mengulang-ulangnya sampai lancar dilengkapi dengan gestur. Tidak hanya itu, Rani memperagakan di depan kaca. Mamanya tidak boleh melihat latihannya. Jadi, ia  latihan diam-diam. Karena Rani ingin memberikan kejutan kepada sang mama.

Tibalah saat yang ditunggu-tunggu, saat dimana seluruh anak-anak mengucapkan ungkapan terimakasihnya kepada IBU. Termasuk Rani dan teman-temannya. Rani berangkat ke sekolah lebih awal dari biasanya, tanpa meninggalkan tugas rumahnya. Saat itu, Rani  memang sengaja tidak menyelamati sang mama. Mungkin ia akan membuat kejutan di acara lomba nanti. “Mama???Rani berangkat ke sekolah dulu ya..nanti Mama jangan lupa datang di sekolah jam 9. Assalamu’alaikum.” ”Iya, Nak. Wa’alaikumsalam.”Sebenarnya Bu Rosa heran, mengapa anaknya terburu-buru ke sekolah. Tidak seperti biasanya.  

 Sesampainya di sekolah, ia segera menemui ketiga sahabatnya. Mereka ber-empat tampak sangat antusias mengikuti kegiatan lomba Hari Ibu, karena mereka telah mempersiapkan jauh hari. Kemudian Tasya sahabat Rani mengajak latihan sebelum melangsungkan lomba. Ketiga temannya pun menyetujui. Mereka mengakhiri latihannya ketika para wali murid berdatangan ke sekolah.

Setelah kepala sekolah memberikan sambutan singkat, lomba dimulai. Untuk peserta lomba yang pertama adalah Tasya. Tasya memilih lomba pidato. Tasya mendapat tepuk tangan meriah dari para wali murid, guru, serta siswa-siswi. Kini Rani mendapat giliran lomba, sekaligus sebagai peserta terakhir dan penutup kegiatan lomba. Rani bergegas maju ke panggung aula dan menunjukkan kebolehannya membaca puisi karyanya sendiri. Sampai-sampai tempat sebesar aula itu tak terdengar satupun suara. Tampaknya penonton penasaran dengan perform Rani, termasuk Bu Rosa. Rani segera membacakan puisinya yang berjudul ‘My Mom Is Everything’. Di dalam puisi itu, isinya adalah bahwa seorang IBU telah berjuang keras dari awal IBU mengandung, kita dilahirkan, dirawat, dan dibesarkan sampai tumbuh dewasa seperti saat ini. IBU tidak pernah lelah untuk selalu peduli dengan anaknya. Tetapi IBU bisa lelah dengan pekerjaannya. IBU tidak akan berhenti menyayangi anaknya sekalipun anaknya membencinya. Di akhir baris puisinya, Rani membacanya dengan suara lantang dan lembut : “IBU. Satu kata namun berjuta rasa dan kasih sayang. IBU kasih sayangmu sepanjang masa. HAPPY MOM’S DAY, YOU’RE MY EVERYTHING .” Tepuk tangan serempak mewarnai keharuan puisi yang dibacakan Rani. Bu Rosa sangat terharu dan meneteskan air mata mendengarkan puisi anaknya. Kejuaraan langsung diumumkan oleh juri lomba. Akhirnya Rani memperoleh juara pertama. Perjuangannya tidak sia-sia karena dilandasi dengan niat, keikhlasan, dan ketulusan. Karena itu semua dipersembahkan untuk mamanya, sebagai wujud cinta Rani kepada sang mama. Baginya mama adalah penginspirasi dan penyemangat dalam hidupnya, baik suka maupun duka. Mama akan selalu mendampingi kita, karena mama adalah orang yang paling baik dan paling hebat di dunia. Perjuangan mama memang luar biasa.



#SELESAI#




Tidak ada komentar:

Posting Komentar